Blog tentang internet dan Blogging Tips

Sunday 6 November 2011

Metode pengencangan bolt yang benar

TIGHTENING FORCE & TIGHTENING TORQUE


Pada gambar disamping dijelaskan, bolt meregang keluar karena adanya reactive force dari benda yang diikat, tekanan tarik (tensile stress) didalam bolt besarnya sama dengan kekuatan regangnya (tensile force) tetapi dengan arah yang berlawanan, sehingga bolt berusaha kembali keukuran semula. Parts dan components yang terpasang diikat oleh tekanan tarik ini (tensile stress). Sedangkan daya pengencangan (tightening force) dari bolt adalah ditunjukan dengan tightening torque (kg.m).

Hubungan antara tightening force dan tightening torque pada bolt dinyatakan dengan rumus berikut sebagai berikut:

M = K * d * T  --> Torque adalah hasil kali dari koefisien gesek dengan diameter bolt (mm) dan force (ton), atau:
T   =   M : ( K * d ) --> Force adalah perbandingan dari torque dengan Ø bolt dan koefisien gesek
                    
Dimana,
M = Torque (kg.m)
T  = Tightening force of bolt (ton)
d = Outer diameter of male screw (mm)
K = Coefficient of friction (value that indicates friction between male and female screw)

Dari pernyataan tersebut diatas, diketahui bahwa apabila tightening torque (M) yang diberikan pada bolts yang sama (diameter nya), maka tightening force pada bolts (T) akan berbeda jika koefisien gesek (K) nya (gaya gesek antara bolt dan lubang ulir) juga berbeda. Dari sini jelas bahwa tightening torque yang sama tidak selalu mengikat part atau komponen dengan daya (force) yang sama, karena dipengaruhi oleh koefisien gesek tersebut.

Perbedaan koefisien gesek (Coefficient of friction) dipengaruhi berbagai faktor contohnya:
  • Kepresisian (accuracy) dari thread,
  • Materials dari screw (bolt atau nut nya), 
  • Kekasaran permukaan, 
  • Celah antara screws, 
  • Pelumasan (lubricating agent), 
  • Kotoran, 
  • Dan sebagainya.
METODE PENGENCANGAN BOLT YANG BENAR UNTUK MENCEGAH KENDOR
  1. Gunakan bolt dengan panjamg yang sesuai. Jika bolt terlalu panjang, ia akan menyentuh dasar  dari lubang ulir sehingga tidak menahan komponen yang diikat. Jika terlalu pendek, ulir tidak cukup untuk menahan komponen dan mengurangi kekuatannya. Panjang thread yang masuk kedalam lubang baut kira-kira 1 ½ dari diameter thread nya.
  2. Saat assembling, kencangkan bolts dan nuts sesuai torque nya.
  3. Kencangkan bolts and nuts pada bidang yang sama secara bergantian (silang) dengan urutan atas - bawah, kiri dan kanan – sehingga daya yang diterima merata.
  4. Saat mengencangkan bolts untuk komponen penting seperti main bearing cap dan connecting rod engine, pengencangan dua kali lebih efektiv. Jika bolt dikencangkan ulang setelah dikendorkan sekali, permukaannya akan pas dan dapat dikencangkan dengan merata. 
  5. Pada tempat dimana bolts dapat dilepas dengan mudah, beri cairan pengikat (tightening agent). Pada bagian ini, bersihkan semua debu dan oli dari  bolt dan female screw (atau lubang ulir) nya. 
CATATAN:
  1. Bolt cylinder head engine harus di torque dengan merata. Untuk mendapatkan kekencangan yang sama, penting untuk membuat koefisien gesek (coefficients of friction) selalu konstan seperti penjelasan diatas. Walaupun cairan khusus yang dapat menjaga koefien gesek tetap konstan ada dijual dipasaran, oli juga dapat digunakan untuk mengurangi koefisien gesek. 
  2. Torque untuk mencapai yield point (titik akhir elastis) dari bolt 10 mm yang dipengaruhi oleh koefisien gesek (coefficient of friction) seperti terlihat pada table dibawah.  
Oleh karena itu, jika bolt 10 mm diberi oli, kencangkan bolt tersebut dengan nilai dibawah standard (3.5 to 7.5kg.m) untuk mencapai nilai saat bolt tidak diberi oli.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Powered by Blogger.